Jumat, 28 Maret 2014

My Surgery Experience part 1


Udah beberapa hari ini nganggur 100% di rumah, dan udah mulai merasa bosen bin kesepian gara-gara selalu sendirian.. huwee.. abisnya ibu papah kerja, adek sekolah, terus si mbak juga ikut-ikutan pulang kampung gara-gara lagi musim panen raya. Emang lagi nasib kali ya.. hehe..

Dan disela-sela waktu bengongku, jadi sedikit flash back tentang apa aja yang udah aku jalanin selama hampir 6 bulan aku menyandang status sebagai 'penderita kanker'. Dan  puncaknya adalah 2 bulan yang lalu, ketika ibuku akhirnya memutuskan untuk menyambung kembali hubungan dengan dokter Yogi, setelah hampir 3 bulan 'mangkir' untuk mencari pengobatan alternatif. Semua itu gara-gara kekhawatiran ibuku yang melihat bahwa benjolan di kakiku yang terlihat makin membesar dan kayaknya udah mulai mendekati sendi. Ibuku pun malam itu membulatkan tekad untuk meng-sms doker Yogi. Dan.. Alhamdulillah dokter Yogi masih mau merespon sms itu setelah 'kenakalan' yang kami lakukan selama 3 bulan ini. hehe.. Beliau menyarankan untuk segera menjadwalkan pertemuan.

Lalu, ibu pun menceritakan bahwa selama ini kami berusaha untuk mencari pengobatan alternatif lain, selain tindakan medis. Ibu juga bilang masalah keberatan kami untuk menjalani operasi wide excision dan kemoterapi. Dan dokter Yogi pun memahami keputusan kami, walaupun menyayangkan juga, karena bagaimana pun hal tersebut bisa menghambat proses pengobatan, karena bagaimanapun pengobatan kanker sangat bermain dengan waktu.  Dan opsi pengobatan pun kembali di ajukan, operasi-radioterapi-kemoterapi, karena memang kan tidak ada opsi lain.. hehe.. "Tapi yang penting operasi dulu bu, karena saya khawatir nanti tumornya keburu sampai di sendi dan tulang. Kalau masalah kemo, itu bisa diurus setelah operasi saja." Begitu kata dokter Yogi. Kami pun sepakat.

And here's the story begins..


******

Hari itu, Senin, 23 Januari 2014, merupakan hari yang bersejarah buat aku, dimana aku menjalani operasi pertamaku. Operasi yang tergolong cukup besar karena diperkirakan memakan waktu 4-6 jam.

Seminggu sebelum 'check in' ke ruang rawat, persiapan yang dilakukan cukup riwet. Bolak-balik ke RSCM dan puskesmas karena harus ngurus askes. Setelah askes beres pun masih riwet sama antrian ruang rawat inap dan ruang operasi yang panjang banget. Akhirnya milih kelas VVIP (walaupun harus bayar biaya selisih dari yang ditanggung askes) yang antriannya paling pendek, soalnya waktu itu masih berharap bisa kuliah dan waktu liburan udah hampir habis, jadi pengen operasi segera dilakukan secepat mungkin. Akhirnya dikabari bisa dapet ruangan hari senin, tanggal 20 Januari, sedangkan jadwal operasi belum bisa ditentukan. tapi dokter nyaranin buat masuk dulu aja, daripada kamarnya diambil orang lain dan harus nunggu lagi.

Akhirnya senin masuk rumah sakit. Tapi keesokan harinya dokternya ngasih tau kalo minggu ini jadwal operasi dokternya di RSCM udah penuh, jadi kemungkinan baru bisa operasi secepat-cepatnya kamis minggu depan. Apa?!! lama bangeet.. Masa belum operasi aja udah harus nginep di rumah sakit sampe hampir 2 minggu gitu? Akhirnya setelah diskusi dengan ortu, diputuskan untuk operasi di RSCM Kencana (masih bagian dari RSCM tapi sepertinya beda management, jadi kayak RSCM versi swastanya gitu deh), walaupun dengan begitu berarti ga bisa make fasilitas askesnya ibu aku (padahal kalo pake askes bisa gratis operasinya).

hari-hari sebelum operasi aku habiskan buat makan dan makan. hehe.. Soalnya kan harus mempersiapkan energi buat operasi nanti. Tapi, aku akui kalo makanan di RSCM itu enak! beda banget sama makanan di RS. Sahid Sahirman yang menurut aku rasanya agak hambar. Terbukti walaupun porsinya super jumbo, tapi aku bisa ngabisin hampir semua jatah makan aku (kecuali snack-snack yang suka di kasih di sela-sela waktu makan berat aku). Selama hari-hari itu pun aku cukup tenang dan enjoy. Walaupun sebenernya didalam hati, aku panik dan takut, tapi Alhamdulillah bisa aku handle dengan baik.

Selama aku dirawat itu aku menjalani beberapa pemeriksaan mulai dari pemeriksaan darah, rongent paru-paru, rongent di daerah yang akan dioperasi. Alhamdulillah semuanya dalam keadaan baik dan siap untuk menjalani operasi. Beberapa kali juga ada dokter yang visit untuk menjelaskan prosedur operasinya nanti. Seperti yang sudah diberi tahu sebelumnya, operasi yang akan aku jalani adalah wide excision, dimana pada operasi tersebut, yang diangkat bukan hanya bagian tumornya saja, tapi juga beberapa jaringan sehat di sekelilingnya untuk memastikan tidak ada sel kanker yang tertinggal sehingga mengurangi resiko kekambuhan. Dengan kata lain beberapa bagian otot kakiku pun ada yang akan ikut terangkat, sehingga otomatis akan mempengaruhi kekuatan dari kakiku. Meski begitu dokter memastikan bahwa itu masih bisa di cover dengan otot-otot lain yang masih ada, dan meskipun ada kemungkinan terburuk ( kakiku ga bisa pulih lagi) masih ada option untuk memindahkan beberapa otot  dari bagian tubuhku yang lain untuk menggantikan otot kakiku (dan aku berharap ini ga perlu dilakukan T_T).

Bagian yang juga tak kalah menyeramkan adalah pada saat menjelaskan resiko dari operasi. Kemungkinan-kemungkinan terburuk mulai dari pendaharan, cidera syaraf yang bisa membuat aku ga bisa merasakan kakiku lagi (dan otomatis lumpuh), sampat cidera pada pembuluh darah besar yang bisa menghentikan pasokan darah menuju kakiku, sehingga kakiku harus diamputasi kalau ga mau dibiarkan membusuk. Meskipun presentase kemungkinannya kecil, namun tetap saja resiko itu ada! dan aku cuma bisa berharap agar setidaknya kakiku tidaknya tidak diamputasi (menurutku itu bagian yang terburuk!)

Dan tiba pula giliran dokter anestesi yang melakukan visit untuk menjelaskan kemungkinan resiko dan prosedur anestesi yang akan dilakukan. aku ga begitu memperhatiakan bagian 'resiko'nya.. Aku lebih tertarik dengan bagian 'prosedur'nya. ternyata menurut rencana sang dokter anestesi, pada saat operasi nanti aku tidak akan dibius total, dan akan dibius melalui tulang belakang (epidural anestesi) dan sekaligus akan dipasang epidural kateter, kayak semacam selang gitu buat masukin obat bius langsung ke tulang belakangku pasca operasi nanti, karena khawatir akan timbul reaksi nyeri yang hebat setelah operasi. Nah kalo yang ini aku setuju. Lah tapi kalo ga dibius total berarti aku bakalan sadar terus doong selama operasi yang berjam-jam itu. (>_<)  Kata dokternya, meski ga dibius total, namun aku tetap akan dibuat dalam kondisi 'tertidur' tapi bukan pingsan. Aku ga tau bakalan se'tidur' apa aku untuk tidak menyadari apa yang terjadi selama operasi berlangsung. Haduuhh.. cuma bisa berdoa aja dalam hati.

Karena penasaran banget prosedur anestesi epidural itu, aku iseng search di youtube, dan ketemu! Tapi segera aku merasa menyesali perbuatan kepoku tersebut, karena hal tersebut malah buat aku tambah takut.. Ngebayangin punggung aku bakal di tusuk pake jarum yang gede banget gitu sampai ke tulang belakang. Ya Allah.. Engkau Maha Tahu kapasitas hamba-Mu..

H-2 operasi.. kegaduhan terjadi. Setelah tiba-tiba suster dateng dan menyuruh orang tuaku untuk mencari 10 orang untuk mendonor darah sebagai stok darah selama operasi. katanya di PMI darahnya lagi kosong. Padahal aku golongan darah O lohh.. Suster minta darahnya maksimal udah ada besok pagi, soalnya darah yang di donor masih harus di proses, dan prosesnya itu makan waktu 24 jam. Padahal saat itu udah menjelang malam. Jadilah ibu aku riwet nyari ke sana-sini saudara dan teman-teman yang bergolongan darah O. Untung ibuku seorang guru. Segera saja berita tersebut disebar oleh salah seorang teman ibuku ke murid-murid dan langsung deh banyak yang mengajukan diri sebagai pendonor. Aku jadi terharu, padahal waktu itu udah hampir tengah malam. Keesokan harinya, murid-murid yang kemarin mendonor diberi dispensasi untuk tidur di UKS.

H-1 operasi.. aku mulai tegang dan keringat dingin. Sodara-sodara, mulai dari tante-om, kembaranku yang udah di Nagor, adek-adekku termasuk yang sekolah di Subang, bahkan ada bude dan bulik dari kampung, mulai pada berdatangan buat nungguin aku selama operasi nanti. Sebenernya saat itu rasa takut aku udah sampe puncaknya sampe membuat aku pengen nangis. Tapi mati-matian aku tahan soalnya lagi banyak sodara. Kembali aku teringat pada prosedur anestesi yang aku tonton kemarin. haha.. merasa sangat bodoh. Orang mau operasi besar, tapi yang ditakutin malah prosedur anestesinya! Ibu cerita kalo dulu waktu melahirkan, ibu juga pernah di anestesi seperti itu. "Rasanya cuma kayak di suntik aja kok." Kata ibuku. Bohong! Batinku. Wong jarumnya aja segede itu. Udah gitu keliatannya agak di udek-udek pas nyari celah-celah antar tulang belakangnya kok! Huweeee... Tapi berharap banget kalo rasanya emang bener-bener kayak di suntik doang!

akhirnya malam kian larut, dan akku pun harus tidur, karena operasi akan dilaksanakan besok pagi. Walaupun rasanya susah banget buat memejamkan mata karena detak jantung yang mulai ga beraturan. Keingetan lagi deh cerita temen ibu aku yang bolak-balik ga jadi operasi gara-gara tekanan darahnya naik karena tegang. Walaah walaahh.. ada-ada aja iki pikiranku. Malah bikin makin tambah ga tenang. Tenang.. tenang.. pokoknya besok harus jadi operasi! Pelan-pelan mulai kulantunkan dzikir dalam hati. Biar tenang. Insya Allah semuanya akan berjalan lancar besok... Dan aku pun akhirnya tertidur..

..............

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pieces of Life Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
and web hosting