Jumat, 28 Maret 2014

My Surgery Experience part 1


Udah beberapa hari ini nganggur 100% di rumah, dan udah mulai merasa bosen bin kesepian gara-gara selalu sendirian.. huwee.. abisnya ibu papah kerja, adek sekolah, terus si mbak juga ikut-ikutan pulang kampung gara-gara lagi musim panen raya. Emang lagi nasib kali ya.. hehe..

Dan disela-sela waktu bengongku, jadi sedikit flash back tentang apa aja yang udah aku jalanin selama hampir 6 bulan aku menyandang status sebagai 'penderita kanker'. Dan  puncaknya adalah 2 bulan yang lalu, ketika ibuku akhirnya memutuskan untuk menyambung kembali hubungan dengan dokter Yogi, setelah hampir 3 bulan 'mangkir' untuk mencari pengobatan alternatif. Semua itu gara-gara kekhawatiran ibuku yang melihat bahwa benjolan di kakiku yang terlihat makin membesar dan kayaknya udah mulai mendekati sendi. Ibuku pun malam itu membulatkan tekad untuk meng-sms doker Yogi. Dan.. Alhamdulillah dokter Yogi masih mau merespon sms itu setelah 'kenakalan' yang kami lakukan selama 3 bulan ini. hehe.. Beliau menyarankan untuk segera menjadwalkan pertemuan.

Lalu, ibu pun menceritakan bahwa selama ini kami berusaha untuk mencari pengobatan alternatif lain, selain tindakan medis. Ibu juga bilang masalah keberatan kami untuk menjalani operasi wide excision dan kemoterapi. Dan dokter Yogi pun memahami keputusan kami, walaupun menyayangkan juga, karena bagaimana pun hal tersebut bisa menghambat proses pengobatan, karena bagaimanapun pengobatan kanker sangat bermain dengan waktu.  Dan opsi pengobatan pun kembali di ajukan, operasi-radioterapi-kemoterapi, karena memang kan tidak ada opsi lain.. hehe.. "Tapi yang penting operasi dulu bu, karena saya khawatir nanti tumornya keburu sampai di sendi dan tulang. Kalau masalah kemo, itu bisa diurus setelah operasi saja." Begitu kata dokter Yogi. Kami pun sepakat.

And here's the story begins..


******

Hari itu, Senin, 23 Januari 2014, merupakan hari yang bersejarah buat aku, dimana aku menjalani operasi pertamaku. Operasi yang tergolong cukup besar karena diperkirakan memakan waktu 4-6 jam.

Seminggu sebelum 'check in' ke ruang rawat, persiapan yang dilakukan cukup riwet. Bolak-balik ke RSCM dan puskesmas karena harus ngurus askes. Setelah askes beres pun masih riwet sama antrian ruang rawat inap dan ruang operasi yang panjang banget. Akhirnya milih kelas VVIP (walaupun harus bayar biaya selisih dari yang ditanggung askes) yang antriannya paling pendek, soalnya waktu itu masih berharap bisa kuliah dan waktu liburan udah hampir habis, jadi pengen operasi segera dilakukan secepat mungkin. Akhirnya dikabari bisa dapet ruangan hari senin, tanggal 20 Januari, sedangkan jadwal operasi belum bisa ditentukan. tapi dokter nyaranin buat masuk dulu aja, daripada kamarnya diambil orang lain dan harus nunggu lagi.

Akhirnya senin masuk rumah sakit. Tapi keesokan harinya dokternya ngasih tau kalo minggu ini jadwal operasi dokternya di RSCM udah penuh, jadi kemungkinan baru bisa operasi secepat-cepatnya kamis minggu depan. Apa?!! lama bangeet.. Masa belum operasi aja udah harus nginep di rumah sakit sampe hampir 2 minggu gitu? Akhirnya setelah diskusi dengan ortu, diputuskan untuk operasi di RSCM Kencana (masih bagian dari RSCM tapi sepertinya beda management, jadi kayak RSCM versi swastanya gitu deh), walaupun dengan begitu berarti ga bisa make fasilitas askesnya ibu aku (padahal kalo pake askes bisa gratis operasinya).

hari-hari sebelum operasi aku habiskan buat makan dan makan. hehe.. Soalnya kan harus mempersiapkan energi buat operasi nanti. Tapi, aku akui kalo makanan di RSCM itu enak! beda banget sama makanan di RS. Sahid Sahirman yang menurut aku rasanya agak hambar. Terbukti walaupun porsinya super jumbo, tapi aku bisa ngabisin hampir semua jatah makan aku (kecuali snack-snack yang suka di kasih di sela-sela waktu makan berat aku). Selama hari-hari itu pun aku cukup tenang dan enjoy. Walaupun sebenernya didalam hati, aku panik dan takut, tapi Alhamdulillah bisa aku handle dengan baik.

Selama aku dirawat itu aku menjalani beberapa pemeriksaan mulai dari pemeriksaan darah, rongent paru-paru, rongent di daerah yang akan dioperasi. Alhamdulillah semuanya dalam keadaan baik dan siap untuk menjalani operasi. Beberapa kali juga ada dokter yang visit untuk menjelaskan prosedur operasinya nanti. Seperti yang sudah diberi tahu sebelumnya, operasi yang akan aku jalani adalah wide excision, dimana pada operasi tersebut, yang diangkat bukan hanya bagian tumornya saja, tapi juga beberapa jaringan sehat di sekelilingnya untuk memastikan tidak ada sel kanker yang tertinggal sehingga mengurangi resiko kekambuhan. Dengan kata lain beberapa bagian otot kakiku pun ada yang akan ikut terangkat, sehingga otomatis akan mempengaruhi kekuatan dari kakiku. Meski begitu dokter memastikan bahwa itu masih bisa di cover dengan otot-otot lain yang masih ada, dan meskipun ada kemungkinan terburuk ( kakiku ga bisa pulih lagi) masih ada option untuk memindahkan beberapa otot  dari bagian tubuhku yang lain untuk menggantikan otot kakiku (dan aku berharap ini ga perlu dilakukan T_T).

Bagian yang juga tak kalah menyeramkan adalah pada saat menjelaskan resiko dari operasi. Kemungkinan-kemungkinan terburuk mulai dari pendaharan, cidera syaraf yang bisa membuat aku ga bisa merasakan kakiku lagi (dan otomatis lumpuh), sampat cidera pada pembuluh darah besar yang bisa menghentikan pasokan darah menuju kakiku, sehingga kakiku harus diamputasi kalau ga mau dibiarkan membusuk. Meskipun presentase kemungkinannya kecil, namun tetap saja resiko itu ada! dan aku cuma bisa berharap agar setidaknya kakiku tidaknya tidak diamputasi (menurutku itu bagian yang terburuk!)

Dan tiba pula giliran dokter anestesi yang melakukan visit untuk menjelaskan kemungkinan resiko dan prosedur anestesi yang akan dilakukan. aku ga begitu memperhatiakan bagian 'resiko'nya.. Aku lebih tertarik dengan bagian 'prosedur'nya. ternyata menurut rencana sang dokter anestesi, pada saat operasi nanti aku tidak akan dibius total, dan akan dibius melalui tulang belakang (epidural anestesi) dan sekaligus akan dipasang epidural kateter, kayak semacam selang gitu buat masukin obat bius langsung ke tulang belakangku pasca operasi nanti, karena khawatir akan timbul reaksi nyeri yang hebat setelah operasi. Nah kalo yang ini aku setuju. Lah tapi kalo ga dibius total berarti aku bakalan sadar terus doong selama operasi yang berjam-jam itu. (>_<)  Kata dokternya, meski ga dibius total, namun aku tetap akan dibuat dalam kondisi 'tertidur' tapi bukan pingsan. Aku ga tau bakalan se'tidur' apa aku untuk tidak menyadari apa yang terjadi selama operasi berlangsung. Haduuhh.. cuma bisa berdoa aja dalam hati.

Karena penasaran banget prosedur anestesi epidural itu, aku iseng search di youtube, dan ketemu! Tapi segera aku merasa menyesali perbuatan kepoku tersebut, karena hal tersebut malah buat aku tambah takut.. Ngebayangin punggung aku bakal di tusuk pake jarum yang gede banget gitu sampai ke tulang belakang. Ya Allah.. Engkau Maha Tahu kapasitas hamba-Mu..

H-2 operasi.. kegaduhan terjadi. Setelah tiba-tiba suster dateng dan menyuruh orang tuaku untuk mencari 10 orang untuk mendonor darah sebagai stok darah selama operasi. katanya di PMI darahnya lagi kosong. Padahal aku golongan darah O lohh.. Suster minta darahnya maksimal udah ada besok pagi, soalnya darah yang di donor masih harus di proses, dan prosesnya itu makan waktu 24 jam. Padahal saat itu udah menjelang malam. Jadilah ibu aku riwet nyari ke sana-sini saudara dan teman-teman yang bergolongan darah O. Untung ibuku seorang guru. Segera saja berita tersebut disebar oleh salah seorang teman ibuku ke murid-murid dan langsung deh banyak yang mengajukan diri sebagai pendonor. Aku jadi terharu, padahal waktu itu udah hampir tengah malam. Keesokan harinya, murid-murid yang kemarin mendonor diberi dispensasi untuk tidur di UKS.

H-1 operasi.. aku mulai tegang dan keringat dingin. Sodara-sodara, mulai dari tante-om, kembaranku yang udah di Nagor, adek-adekku termasuk yang sekolah di Subang, bahkan ada bude dan bulik dari kampung, mulai pada berdatangan buat nungguin aku selama operasi nanti. Sebenernya saat itu rasa takut aku udah sampe puncaknya sampe membuat aku pengen nangis. Tapi mati-matian aku tahan soalnya lagi banyak sodara. Kembali aku teringat pada prosedur anestesi yang aku tonton kemarin. haha.. merasa sangat bodoh. Orang mau operasi besar, tapi yang ditakutin malah prosedur anestesinya! Ibu cerita kalo dulu waktu melahirkan, ibu juga pernah di anestesi seperti itu. "Rasanya cuma kayak di suntik aja kok." Kata ibuku. Bohong! Batinku. Wong jarumnya aja segede itu. Udah gitu keliatannya agak di udek-udek pas nyari celah-celah antar tulang belakangnya kok! Huweeee... Tapi berharap banget kalo rasanya emang bener-bener kayak di suntik doang!

akhirnya malam kian larut, dan akku pun harus tidur, karena operasi akan dilaksanakan besok pagi. Walaupun rasanya susah banget buat memejamkan mata karena detak jantung yang mulai ga beraturan. Keingetan lagi deh cerita temen ibu aku yang bolak-balik ga jadi operasi gara-gara tekanan darahnya naik karena tegang. Walaah walaahh.. ada-ada aja iki pikiranku. Malah bikin makin tambah ga tenang. Tenang.. tenang.. pokoknya besok harus jadi operasi! Pelan-pelan mulai kulantunkan dzikir dalam hati. Biar tenang. Insya Allah semuanya akan berjalan lancar besok... Dan aku pun akhirnya tertidur..

..............

Continue reading...

Senin, 24 Maret 2014

Radiasi Terakhir !!


Alhamdulillah.. hari ini udah selesai menjalani radiasi ke-25 yang merupakan radiasi terakhir dari serangkaian radioterapi yang harus aku jalani. Setelah minggu lalu sempet ada wacana kalo radiasinya mau ditambah 5 kali radioterapi booster buat nambahin dosisnya, tapi tadi kata dokternya ga perlu.. Yeeeaay :)

Alhamdulillah selama radiasi ini semua berjalan lancar. Kondisi darah juga oke terus, jadi ga perlu sampe tranfusi segala. Mungkin pengaruh dari obat herbal cina yang aku minum juga kali ya.. Namanya 'Fufang Ejiao Jiang'. Bagus buat nambahin Hb darah. Dulu waktu Hb ibu aku drop gara-gara hectic bikin  thesis juga minum ini, dan emang cepet banget naiknya.

Rada bingung juga sih, kedepannya mau ngapain. hehe.. Soalnya dengan berakhirnya rutinitas bolak-balik rumah-RSCM, berarti aku udah ga punya kegiatan apa-apa. Dan otomatis cuma ngedekem aja di rumah selama 24 jam full. Sendirian lagi. Tapi ga papalah.. kapan lagi coba bisa leyeh-leyeh, males-malesan dirumah berbulan-bulan kayak gini. hehe..

Seiring dengan berakhirnya program radioterapi, status 'sembuh' pun rasanya udah semakin didepan mata. Walaupun masih rada was-was siih.. Apakah aku harus menjalani kemo atau ga. Semoga ga perlu kemo ya Allah.. Ngeri liat orang-orang yang pada mual tiap abis kemo. Kayaknya menderita banget.. Walaupun ada juga siih beberapa yang masih fit aja walaupun abis kemo. Tapi tetep aja kan.. :(

Yah.. pokok berharap yang terbaik aja deh. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat aku. Amiiin..

Continue reading...

Selasa, 11 Maret 2014

Donat Ungu


Kemarin udah radiasi yang ke-15.. yeeeaaayy! Ga berasa udah setengah jalan dari terapi radiasi yang harus aku jalani. Seperti biasa, tiap 5 kali radiasi harus periksa darah (jadi otomatis selalu jatuh tiap hari senin, karena weekend radiasinya libur), maka abis dari RSCM kemarin langsung manggil mbak pipit (suster dari klinik deket rumah) ke rumah buat ambil darah.. Nah, sambil nunggu hasil darah jadi dan dianter (soalnya katanya kliniknya lagi rame, jadi baru bisa nganterin sekitar jam 10an malem), akhirnya kita bikiiin.. donat!

Donatnya pun bukan donat biasa, tapi donat ungu, soalnya bikinnya pake ubi ungu. Cara bikinnya sama kayak mau bikin donat kentang (bisa search di google), tapi kentangnya diganti jadi ubi ungu. Awal-awalnya sih niat beli ubi ungu buat di rebus terus dimakan bulet-bulet. Soalnya ubi ungu kan banyak mengandung antioksidan yang bagus buat ngelawan kanker. Tapi apa boleh buat, aku ga suka ubi rebus.. bahkan nyium baunya aja ga suka.. Akhirnya ibuku pun memutar otak, bagaimana caranya biar si ubi ungu sukses masuk ke perut aku.. dan.. tadaaahh.. jadilah donat ungu! hehe..


adonan mentahnya.. sebelum di bentuk
donat digoreng sampe matang, tapi jangan sampai terlalu coklat. nanti jadi ga cantik
ini donat yang plain, nanti servingnya dikocok-kocok pake gula halus


kalo yang ini donatnya diisi coklat

Selain rasanya yang enak, karena menurut aku rasanya ga jauh beda sama donat biasa (and I really love doughnut.. hehe), tampilannya juga menarik banget kaan?? Apalagi yang suka warna ungu..

Sok.. sok.. yang mau nyoba bikiiin.. :)
Continue reading...

Senin, 10 Maret 2014

Masuk Penjara dan Menjadi Hafidz Quran


Pagi ini cuaca mendung dan hujan, suasana yang cukup nyaman untuk bikin mata merem-merem lagi padahal baru bangun tidur. hehe.. Bahkan dari tadi abis subuh pun aku masih aja bergemul dengan bed cover kesayanganku dan main-main internet di hp. Yahh.. beginilah suasana pagi kalo orang ga punya kerjaan. Hehe.. (alasan aja padahal emang dasar akunya aja yang males). Tiba-tiba hp ku bunyi. Ada pesan whatsapp masuk yang dishare temanku di sebuah grup. Lumayan panjang. Tapi isinya.bener-bener 'sesuatu' banget.

Begini isinya:



Cerita Tentang Al-Qur'an

Ini tentang video musafir maal qur'an. Fahad Al Kandari berkunjung ke Tunisia, dan bertemu dengan seorang kimiawan Dr. Shadiq Shouro. Ia pernah dipenjara selama 15 tahun karena masuk organisasi Islam disana yang kemudian ditutup oleh pemerintah (saat itu dipegang oleh otoritarian). dan selama dipenjara ia menghabiskan waktunya dengan menghafal Qur'an

Sebelum masuk penjara, beliau hafal 2 juz. Ketika jadi penghuni penjara, semangatnya membara. Ini adalah kehendak Allah, katanya. Ia membagi waktunya jadi 3 bagian. Pertama di pagi hari, ia habiskan u/ menghafal. Siangnya muraja'ah. Malamnya muraja'ah hafalan sebelumnya sampai hari itu, terutama di shalat malamnya. Beliau berhasil menghafalkannya selama 3 tahun.

Kemudian 12 tahun berikutnya ia habiskan untuk muraja'ah, menguatkan hafalan, sambil menikmati masa2 hidupnya di penjara. Ia pindah penjara 5-6 kali. Dan meskipun ia tahu hidup di penjara sangat sulit (karena pengawasan yang sangat ketat), ia menikmatinya dengan terus menghafalkan Al Qur'an. Dan pihak penjara pun memberi kebebasan untuknya menghafal Qur'an. "Mungkin menurutmu ini buruk, tapi ini baik bagi Allah untukmu", kata pihak penjara itu.

Dan alhamdulillah, beliau bebas sekarang.

Mungkin takdir kita, bisa saja sama dengan doktor ini. Kita yang terlalu sibuk berorganisasi dan kuliah ini, bisa saja ditakdirkan oleh Allah untuk masuk penjara. Agar kita punya waktu yang lebih banyak mendekat padaNya dengan menghafal Qur'an.

----------------------


Subhanallah.. kisah ini rasanya 'jleb' banget dan langsung menyentil hati aku, khususnya dikondisi yang sekarang aku alami ini. Ya!! Inilah saat dimana Allah sedang memasukkan aku kedalam sebuah 'penjara' agar aku punya waktu lebih untuk mendekat kepada-Nya.. Pertanyaannya. Bisakah aku memanfaatkan karunia yang diberikan Allah ini sebaik yang Dr. Shadiq Shouro mampu lakukan?

Maha Suci Allah.. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

*dan message dari temanku ini pun sukses membangunkanku dari tempat tidur ^_^
Continue reading...

Kamis, 06 Maret 2014

Lagi Males, tapii...


Sebenernya hasil ct-scan thorax dan abdomen waktu itu memperlihatkan kalau di paru-paru aku ada bercak-bercak putih yang dikhawatirkan kalau itu merupakan penyebarandari sel kanker di kaki (katanya sih bisa juga bekas infeksi paru-paru lain kayak bekas bronkhitis waktu aku kecil). Nah.. makanya untuk mengambil jalan amannya, sehabis operasi kemarin, dokter menyarankan aku untuk menjalani terapi lanjutan. Selain menjalani radiasi untuk membersihkan sel-sel yang mungkin masih tertinggal pasca operasi, dokter juga menyarankan aku untuk menjalani kemoterapi.

Kalau radiasi sih oke.. Soalnya kan radiasi ga sakit (dan ga perlu disuntik-suntik), terus sifatnya lokal lagi, jadi efek merusaknya minimal lah menurut aku. Walaupun katanya tetep ada efek samping yang mirip-mirip kayak kemo, tapi itu tergantung pada bagian yang di sinar. Kalo di kepala mungkin bisa bikin botak juga, di perut mungkin bisa bikin mual juga, tapi karena aku di kaki, alhamdulillah sampe radiasi ke-12 sekarang pun aku ga merasakan efek samping yang berarti kecuali permukaan kulit yang terkena radiasi menjadi menghitam (but it's no matter for me).

Tapi kalo kemoterapi... haduuh aku mikir-mikir banget deehh.. soalnya kemoterapi itu kan obat keras yang begitu dimasukin langsung menyebar ke seluruh tubuh. Efek sampingnya diborong semua mulai dari rambut rontok, mual, bikin tulang keropos, dll.. Sempet juga baca kalo sebenernya kemoterapi tuh malah merusak tubuh kita, dan bikin sistem kekebalan tubuh kita drop yang bisa bikin kita justru lebih rentan buat kena kanker lagi.

Pokoknya ada segudang berita miring tentang kemo yang bikin kemo tuh jadi option terakhir aja deh dan bakal aku jalanin kalo emang udah ga ada jalan lain. Dari awal pun aku dan keluargaku emang udah memutuskan untuk menghindari kemo, dan memilih untuk menjalani pengobatan alternatif. Apalagi sampai saat ini aku masih merasa badanku sehat, dan masih berharap kalaupun yang diparu-paru itu sel kanker, tapi karena induknya sudah ga ada (udah di operasi), maka sel-sel tersebut udah jauh lebih lemah dan bisa digempur oleh sistem kekebalan tubuhku sendiri dengan bantuan makanan yang bernutrisi dan bantuan pengobatan-pengobatan alternatif lain.

Dulu, sebelum aku operasi, di asrama aku dibekali banyak banget obat-obatan herbal. mulai dari yang diseduh sampe kapsul. Semuanya berlabelkan 'obat kanker'. pernah juga ibuku pergi ke seorang dokter yang beralih menjadi herbalist dan membuatku harus meminum sekitar 20-an kapsul tiap hari. Pun ga semua herbal bersifat ramah sama tubuhku, ada obat herbal yang mungkin kurang cocok sama tubuhku jadi tiap diminum selalu bikin meriang, bahkan terakhir membuat jantungku berdebar-debar dan keringet dingin. Akhirnya obat itu pun di stop.

Meskipun begitu, dulu aku rajin banget tuh menjalankankan semua nasihat ibu aku. Aku paksa-paksain minum obat herbal yang bejibun itu walaupun perut jadi kembung (aku ga begitu bisa minum obat, walhasil sekali minum obat bisa ngabisin 2 mug besar air) dan bikin meriang-meriang ga jelas. Aku juga rutin pake rompi anti kanker dari Prof.Warsito 2 x 6 jam tiap hari.. Walaupun kadang-kadang bikin gerah pas ngampus dan ga nyaman pas tidur. 
 
Tapi setelah operasi ini kok rasanya semangat aku jadi kendor gitu ya. Rasanya tuh malees banget minum obat-obat herbal itu. Mungkin akumulasi antara merasa tenang karena udah dioperasi, terus capek, dan bosen kali ya. Yang masih rutin aku minum cuma herbal cina yang buat menjaga stamina dan jumlah hemoglobin yang bentuknya cair dan rasanya ga buruk-buruk amat. Rompi dari Prof. Warsito pun udah nyaris ga pernah aku sentuh.. Aduuh parah lah.. padahalkan aku mau menghindari kemo.. aturan ga boleh kendor gini ya.. T_T

Tapi aku pun merasa sekarang ini ibuku juga ga terlalu menuntut aku seperti dulu (perasaan aku aja sih). paling kalo malem-malem aja masih suka dibikinin 'jamu' ( itu sebenernya obat herbal yang dilepas kapsulnya dan diaduk air, salah satu solusi biar ga kembung minumnya, walaupun rasanya jadi.. huek!). Tapi kadang-kadang ibu aku pun suka lupa dan aku juga tidak berusaha untuk mengingat (parah..). Yahh.. mungkin ibu aku mikirnya sekarang fokus ke radiasi dulu aja lahh.. Karena bagaimana pun kan radiasi juga merupakan proses yang berat buat tubuh aku, dan butuh stamina yang kuat biar hemoglobinnya ga turun. Jadi mungkin untuk sekarang ini aku bisa sedikit 'beristirahat'.. hehe..

Yang penting kata ibuku harus jaga makanaaan.. makan yang banyak dan bergizi.. Biar sistem kekebalan tubuh kuat terus bisa menghajar semua sel kanker yang tersisa. Dengan begitu Insya Allah ga perlu kemoo.. Yuhuu~




Continue reading...

Senin, 03 Maret 2014

Belajar Pertanian di ITB?? Kenapa Enggak??


Selama ini paling males kalo ada yang nanya jurusan aku kuliah.. Bukan apa-apa. Soalnya pertanyaan itu ga cukup dijawab cuma sekali..

X : Kuliah dimana mba??
Aku : itebe
X : Jurusan Apa?
Aku : Rekayasa Pertanian
X : (mukanya langsung bingung) Ohh.. di ipeeebe yaa??
Aku : Bukan..bukan.. iteeebe.. yang di Bandung
X : Ohh.. iteeebe.. hehe.. kok ga ngambil di ipeeebe aja mba??
Aku : (cuma bisa meringis)

Emang kalo mau belajar pertanian harus di ipebe apaaahh?? Emang kenapa kalo di iteebee.. -____-

Emang masih banyak orang yang mengidentikkan ITB dengan jurusan-jurusan teknik saja (walaupun jurusanku sebenernya masuk rumpun teknik juga siih), begitu pun aku waktu dulu masih galau mau masuk jurusan apa. Yahh.. mungkin gara-gara ada embel-embel 'Teknologi' di tengah namanya. Maka akupun sukses ga pernah sekalipun melirik ITB untuk masuk daftar universitas yang akan aku pilih nanti. Ga ada minat sama sekali masuk jurusan teknik soalnya. Aku lebih suka dengan segala sesuatu yang lebih berbau-bau sains.

Dulu pun otakku selalu terpaku untuk memilih UI. Soalnya UI deket rumah siiih. Kan ga perlu capek-capek ngekos. Selain itu, emang sebagian besar kakak kelasku pada masuk UI. Apalagi sampai ibuku pun akhirnya memakai almamater kuning itu, tepat pada saat aku kelas 3 SMA. menantang sekali! Semakin saja aku bagaikan memakai kacamata kuda untuk memilih UI sebagai calon universitasku nanti. Walaupun saat itu aku pun ga tau mau masuk jurusan apa di UI. belum ada yang srek di hati. Tapi yang penting UI dulu lahh..

Beberapa teman dekatku waktu itu udah mulai membujuk-bujukku buat masuk ITB. Dengan segala bujuk rayuan mulai dari enaknya cuaca di Bandung, kulinernya, banyak tempat jalan-jalan, dan lain sebagainya.. Sebenernya saat itu udah mulai tuuh tertarik untuk masuk ITB. Apalagi ketika temenku mengiming-imingi asiknya kalo kita semua keterima di ITB terus bisa ngontrak bareng.. Aduuh seru banget ngebayanginnya. Namun, lagi-lagi, aku sama sekali ga punya ketertarikan sama jurusan teknik. Dan akupun akhirnya hanya bisa memendam angan-angan untuk ngontrak bareng tersebut.

Masih bingung mau milih jurusan apa di UI. Akhirnya ikut bedah kampus UI. Waktu itu udah ada beberapa jurusan yang aku bidik, anata lain FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) dan Bioproses. Harapan waktu itu bisa menambah wawasan tentang jurusan-jurusan itu, dan akhirnya bisa memantapkan hati untuk bisa memilih salah satu dari jurusan-jurusan tersebut. Namun sayangnya, sehabis ikut BKUI, bukannya kemantapan yang aku dapat, kok justru aku malah menemukan ketidakminatanku pada kedua jurusan tersebut ya.. Dan galau ku pun berlanjut lagii..

Hingga akhirnya aku mendapatkan sebuah berita bahwa ITB membuka dua jurusan baru, yaitu Rekayasa Pertanian, dan Rekayasa Kehutanan.. Tiba-tiba aja pikiranku langsung cerah.. Akhirnya aku menemukan minatku, yaitu di bidang pertanian. Walaupun selama ini ga begitu tertarik sama hal-hal berbau tanaman, tapi entah kenapa tiba-tiba hal tersebut seakan terlupakan olehku. Akhirnya aku pun genap untuk memilih Rekayasa Pertanian sebagai jurusanku.. :)

Rekayasa Pertanian itu merupakan jurusan yang berada didalam SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati). SITH sendiri terdiri dari SITH Sains (yang berbasis sains) dan SITH Rekayasa (yang berbasis teknik). Awal mulanya aku sendiri pun belum begitu yakin, apa beda dari jurusan ini dengan jurusan pertanian di universitas atau institut lain. Tapi karena embel-embel teknik, dan bahkan gelar yang akan di dapat pun nanti adalah S.T (Sarjana Teknik), maka aku yakin pasti ada sesuatu yang lebih, yang berbeda pada jurusan ini.

dan memang seperti itulah.. Menurut dosen yang mengajarku, jurusanku ini memang berbeda. Jika pada jurusan pertanian lain, biasanya akan dijurus-juruskan lagi pada bidang yang lebih spesifik seperti ilmu tanah, ilmu tentang hama, dll (maaf ga begitu ngerti), maka kami sebagai mahasiswa Rekayasa Pertanian dituntut untuk menguasai semua bidang tersebut. Mulai dari cara menanam, pengetahuan tentang keilmuan tanahnya, hama, nutrisi, dan lain sebagainya. Menguasai, bukan mendalami. karena kita dituntut untuk membuat sebuah sistem pertanian, dan tidak mungkin bisa membuat sistem pertanian kalau hanya menguasai satu bidang saja. Adapun keberjalanannya, nanti bisa bekerja sama dengan orang-orang yang ahli di bidang masing-masing. Itulah yang kutangkap dari jurusanku ini..

Intinya, semakin aku mengenal dan mendalami jurusanku ini, dan aku pun semakin mencintai jurusanku. Meski harus bersusah payah karena emang ga punya pengalaman sama sekali tentang yang namanya tanam-menanam (maklum anak kota.. hehe), tapi semangat itu ada. Dan itu yang terpenting kan?? Beberapa guyonan dari teman-teman yang mengatakan bahwa kita sedang dididik untuk menjadi avatar, karena harus menguasai semua elemen. hehe..

Kalau ada yang bilang, "Kalau mau menguasai dunia, maka kuasailah makanan.." (hehe.. ada ga sih yang bilang begitu??). Nah aku setuju banget tuuh.. karena memang semua orang butuh makan, dan kebutuhan tersebut tidak akan pernah tergeser zaman. kalau makanan cukup, nutrisi pun cukup, maka akan muncullah generasi-generasi yang cermelang dan sehat.

Tapi bukan berarti aku mau menguasai dunia ya.. Cita-citaku sederhana kok. Aku kan perempuan. Dan kedepannya aku ingin bekerja di rumah. Bayangkan jika kita mampu mengepulkan dapur rumah sendiri tanpa harus beli-beli di pasar. Hasil menanam sendiri yang sudah pasti lebih sehat dan bebas pemakaian bahan-bahan kimia sintetik. Syukur-syukur bisa dibuat bisnis skala rumah tangga.. Ahh.. indahnya.. Karena itu, aku tertarik dengan bidang pertanian non-lahan. Karena hal tersebut kelak dapat ku praktekkan di rumah. Pun kedepannya pasti akan semakin sulit menemukan lahan yang bisa digunakan untuk bertani. Semoga cita-cita sederhanaku ini bisa terwujud.. Amiiin.. :))







Continue reading...

Minggu, 02 Maret 2014

JKN..


Udah pada tau lah ya.. apa itu JKN..  Setelah searching di google secara random akhirnya aku pun menarik kesimpulan kalau itu tuh kayak semacam bentuk pelayanan dari pemerintah yang memungkinkan seluruh rakyatnya (tentunya yang udah daftar jadi anggota JKN) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dan layanan kali ini pun bisa dinikmati oleh semua golongan, mau miskin, kaya, PNS, non-PNS, siapapun bisa mendapatkan pelayanan kesehatan gratis 100%, yang bisa didapatkan dirumah sakit-rumah sakit pemerintah maupun swasta yang telah bekerja sama dengan BPJS. Tidak hanya itu iuran yang diberlakukan pada setiap anggota JKN pun tidaklah sama, tergantung pada kemampuan masing-masing anggota, bahkan jika benar-benar tidak mampu pun tidak perlu membayar iuran. Hmmm... membacanya benar-benar membuat hati menjadi sumringah.

Tapi, tunggu dulu.. Setelah searching lebih lanjut dan masuklah pada situs-situs berita online dan kaskus (hehe...), kok justru yang banyak didapat malah keluhan keluhan ya? Tentang prosedur pelayanannya yang super ribet, pelayanan yang kurang baik, yang dinilai berbeda dan diskriminasi dibandingkan dengan pelayanan medis non-JKN dan segudang keluh kesah lainnya. Waduuhh.. sangat khas Indonesia.. Dimana sebuah kebijakan yang di muka terlihat begitu indah dan manis ternyata dibuntuti dengan serangkaian keluh kesah dan makian. hehe..

Aku pun sempat menjadi salah seorang yang sempat mencak-mencak sendiri dengan adanya kondisi seperti diatas. Apalagi disaat aku diberi kesempatan untuk merasakan sendiri perbedaan atmosfer menjadi peserta JKN dan tidak.

Singkat cerita, hal tersebut aku alami pada saat itu aku sedang mengurus segala kepentinganku untuk operasi. Awalnya, karena ibuku PNS dan memiliki fasilitas askes (yang sekarang dialihkan ke JKN) makapada mulanya kami sekeluarga memutuskan untuk menggunakan fasilitas tersebut. dengan modal sedikit kesabaran kami pun mulai menjalani serangkaian prosedur untuk mendapatkan fasilitas tersebut, mulai dari mengurus surat rekomendasi dari puskesmas, dan lain sebagainya. Aku ga mau cerita panjang lebar mengenai hal ini, namun sebuah kesimpulan yang sangat bisa ditarik adalah memang prosedurnya itu super ribet. Selain itu, yang bikin ga tahan lagi adalah antriannya yang super panjang yang membuat orangtuaku yang ga punya banyak waktu karena kedua-duanya bekerja pun akhirnya mengurungkan niat untuk memakai fasilitas tersebut.

Dan mau ga mau aku pun menjadi maklum. Melihat jumlah peserta JKN yang begitu banyak di rumah sakit, ditengah fasilitas yang tentunya terbatas, pantas saja pelayanan menjadi terasa tidak nyaman. bayangkan saja, untuk mengantri saja bisa memakan waktu seharian, berjejalan di sebuah ruangan yang penuh manusia, bahkan bisa sampai tidak mendapat kursi untuk sekedar duduk menunggu. Berada di suasana seperti itu saja sudah sukses menghancurkan moodku. Dan aku pun membayangkan bagaimana rasanya menjadi suster-suster disana yang harus menghadapi kondisi seperti ini setiap hari. Mungkin kita harus bisa lebih memahami jika terkadang mereka tidak seramah suster-suster di kelas-kelas yang berbayar.

Selain itu, coba bayangkan jika peserta JKN tidak diwajibkan untuk mendapatkan surat rujukan dari puskesmas. Tentu pasien yang datang ke rumah sakit bisa menjadi lebih banyak lagi.. Setidaknya dengan adanya prosedur tersebut, pasien-pasien yang masih bisa ditangani di puskesmas tak perlu pergi ke rumah sakit, sehingga yang pergi ke rumah sakit benar-benar pasien yang membutuhkan penanganan lebih.

Yahh.. Itu semua hanyalah sebagian pendapatku saja. Tentu setiap orang punya pendapat masing-masing. Namun yang ingin aku sampaikan sebenarnya adalah untuk berpikir positif. Karena yang namanya kebijakan pasti ada sisi positif dan negatifnya. Bagaimanapun juga kita ga bisa menampikkan berapa banyak nyawa yang terselamatkan berkat adanya JKN ini kan?? Walaupun memerlukan kesabaran ekstra dan perjuangan lebih untuk mendapatkannya. Tapi inilah perjuangan hidup. Merasa tidak adil?? Ya memang dunia ini tempat segala ketidakadilan. Nanti di akhirat lah kita akan merasakan keadilan yang sebenar-benarnya.

Menjadi orang tak mampu memang bukan pilihan. Siapa yang mau terlahir miskin? Semuanya mungkin akan terasa lebih berat, apalagi di sebuah negeri yang hampir semua pelayanannya diberikan berdasarkan seberapa mampu kita membayar. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Namun toh Allah Maha Adil bukan. Ketika di dunia mereka harus bersabar dan dinomorduakan, maka di akhirat nanti mereka lah yang akan mendapatkan prioritas untuk masuk surga terlebih dahulu.

Aku pernah baca hadist seperti ini:

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang fakir akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya, selama setengah hari akhirat, yaitu 500 tahun.” (HR Turmudzi)

Wooow.. Jika untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mereka mungkin harus mengantri seharian, bahkan berminggu-minggu, namun kelak mereka akan menikmati keindahan surga 500 tahun lebih dulu. Yaa.. tentu saja dengan catatan mereka beriman dan taat kepada Allah serta bersabar dan ridha dengan kemiskinannya. Tapi siapa yang tak mau untuk menikmati surga lebih dulu?? ^^


Continue reading...

Sabtu, 01 Maret 2014

Weekend with a Different Taste


Weekend itu merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh manusia didunia.. iya ga sih?? karena pada hari-hari tersebut hampir semua orang bisa terbebas dari tuntutan rutinitas sehari-hari dan bisa punya kesempatan untuk menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, atau sekedar berkumpul dengan keluarga ata teman-teman.

Dan akupun juga termasuk diantara orang-orang yang amat menyukai weekend. Apalagi pas awal-awalmasuk kuliah. Posisi tempat kuliah yang nanggung, ga jauh-jauh amat ga deket-deket amat (yahh.. jakarta-bandung jaman sekarang bisa masuk kategori deket kali ya.. :P), membuat saat-saat weekend bisa jadi momen yang pas buat mudik ke rumah. lumayan kan walaupun cuma bisa menikmati 1 hari full di hari sabtu, tapi cukup buat mengobati homesick setelah seminggu merasakan kehidupan anak kos yang keras.. T_T

Tapi seperti yang disebut di awal-awal tadi, nikmatnya weekend pastinya tidak dinikmati oleh semua orang. contohnya aja nih... buat orang yang dinas kerjanya emang pas weekend, atau buat orang-orang pengangguran yang rasa-rasanya tiap hari tuh rasanya sama aja, seperti aku ini. Yahh.. setidaknya weekend milikku masih punya keistimewaan lahh.. Soalnya pas weekend aku libur radiasi.. Tapi berhubung aku ga begitu bermasalah sama radiasi (bahkan radiasi itu kesempatan aku jalan-jalan), otomatis aku pun ga begitu menantikan saat-saat weekend.

For the first time in foreveeeerr~   (Frozen mode on)

Bahkan aku perhatikan belakangan minggu ini kok tiap malem weekend (jumat malem maksudnya) perasaan aku suka ga enak ya.. Bukan gara-gara jumat kliwon atau apa lohh.. Tapi tiba-tiba aja perasaan jadi galau gitu.. kesel, sedih, marah pokoknya aduk-aduk gitu deh.. Ga tau kenapa. Ibu aku suka meratiin kegelisahanku itu, terus nanyain cica kenapa. Aku bilang kalo aku lagi bad mood. Tapi kok bad mood kok terjadwal gitu ya?

Nah.. ternyata, ibuku pun meluncurkan sebuah jawaban yang cukup rasional. Tiap weekend sodara kembarku, yang sejurusan denganku, pulang ke rumah, yang otomatis membawa seabrek tugas-tugas laporan dan jurnal. dan hal itu kayaknya cukup membawa atmosfer perkuliahan di rumah. Hal itu juga jadi mengingatkan aku kalau aku tuh lagi cuti, sedangkan mungkin secara ga sadar aku masih belum mengikhlaskan keputusan cutiku ini.. Huwee.. Kenapa sulit sekali untuk ikhlas.. Dan aku pun seketika merasa menjadi orang yang kurang beriman.. Ya iya lah.. Orang beriman kan harus ikhlas menerima semua takdir-Nya.

Okay, It's time to learn..

Nambah lagi satu hikmah dari takdir yang kujalani ini. Aku harus belajar untuk lebih ikhlas. Karena pada hakikatnya semua itu milik Allah kan. Harta, kepandaian, kesehatan semuanya milik Allah. Kita hanya dipinjami saja. Kalau pun sewaktu-waktu ingin Allah cabut, ya jelas itu hak Allah, dan kita ga punya hak untuk menolaknya.

Tapi menjalani memang lebih sulit daripada sekedar berbicara. Karena itu, mungkin tidak salah kalau kita bersedih atas kehilangan sesuatu yang kita cintai. Asalkan sedihnya jangan berkelanjutan bahkan sampai membuat kita berputus asa. Naudzubillahi min dzalik.. Semoga Allah melindungiku dari rasa putus asa.

"...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’d : 28).

Continue reading...
 

Pieces of Life Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
and web hosting