"halo.." suara diujung telepon mulai terdengar.
Suara yang familiar dan langsung aku kenali kalo itu adalah suara mas Aziz sepupuku, anak dari kakak papahku. Dia bercerita kalau hari ini dia berencana untuk main kerumah, tapi dia kena razia di jalan, dan surat-suratnya ketinggalan semua, sehingga harus berurusan dengan polisi yang meminta 'duit damai'.
"kakak tolong ngomong sama polisinya ya. Jelasi kalo kakak itu sodara mas, dan mas mau main ke rumah kakak. biar ga dipersulit urusannya." pintanya kemudian
Sebenernya aku agak bingung dan rancu. Masa berurusan sama polisi tapi malah nelpon aku. Bukan nelpon papah gitu. Lagian ngapain juga aku harus ngomong sama polisi. hubungannya apa? Batinku. Tapi karena aku ga ngerti sama urusan per-tilang-an dan ga enak juga nolaknya (masa cuma dimintain tolong ngomong sama polisi aja ga mau), maka aku pun mengiyakan permintaan sepupuku itu. dengan segera suara diujung telepon pun beralih tangan.
"haloo.." kali ini suara yang berat dan ga aku kenali, tapi kuyakini sebagai polisi yang berurusan dengan sepupuku tersebut.
"i..iya haloo.." jawabku
"Ada apa?"
Hmmm.. mikir sebentar.. terus aku bilangin aja apa yang tadi diminta sepupuku. "Tolong jangan dipersulit ya pak." Pintaku pada akhirnya. Walaupun agak bingung juga, emang apa hak aku minta biar ga dipersulit.
"Sebelumnya saya berbicara dengan siapa ini?"
"saya nissa"
"Ibu tinggal dimana?" Deg! Mulai ga enak ini urusannya kalo udah nanyain alamat. Awalnya aku pikir nanya-nanya ini buat crosscheck data aja sama data yang udah diberikan mas aku disana. Tapi alamat itu kan informasi penting yang ga boleh dikasih tau sembarangan. Apalagi sama orang ga dikenal kayak gini. Perasaan mulai ga enak.
"Eeeee.. Di.. di Ciracas.." kataku dengan suara gemetar, berusaha menjawab seringkas dan seumum mungkin. Aku pun udah meniatkan ga akan memberikan alamat lengkapku, walaupun diminta. Lagian apa coba manfaatnya polisi nanyain alamat aku segala. Emang aku yang salah?
"Nama saudara ibu yang disini siapa?" Haduuuh.. lagi-lagi diinterogasi kayak gini. Perasaan mulai ga enak banget, antara takut penipu, atau beneran polisi. Masalahnya aku yakin banget kalo suara orang aku yang nelpon tadi tuh beneran suara mas Aziz. Dan kebiasaan burukku kalo lagi bingung pun kambuh.. panik! Langsung aja aku kasih hp aku ke hana yang ada disebelahku. Dan ini sangat bodoh -__-
"Halo ini siapa ya? Ada apa?" Tanya hana yang juga bingung sama situasi yang berkembang. Makin absurd.
Aku ga tau apa yang diomongin sama polisi itu ke hana, yang jelas polisi itu marah-marah dan minta teleponnya dibalikin ke aku. dan aku pun kembali menerima telepon tersebut.
Diujung sana pak polisi kembali marah-marah akibat ulahku barusan. Aku dengarkan saja omelan bapak polisi tersebut.
"jadi nama saudara ibu disini siapa?"
Haduuh.. mulai lagi nanya-nanya. Lagian aku juga ga tau nama panjang sepupuku tersebut, maklumlah kami bukan sodara yang akrab sebelumnya. "Hmm.. mas aziz.." jawabku singkat dan lagi-lagi ga detail. Tapi anehnya polisi tersebut langsung aja nerima jawaban aku. Harusnya kalo mau crosscheck minta nama lengkap dong. Bisa aja kan aku asal nyebut nama terus kebetulan cocok sama nama orang yang bersangkutan. Aneh!
"Hubungannya sama ibu apa?"
"Keponakan" Preeet.. inilah kalo orang lagi gugup. mau ngomong sepupu malah keponakan. Kemudian pak polisi menanyakan kebenaran keterangan yang diberikan sepupuku tersebut.
"Apa benar surat-suratnya tertinggal dirumah bu?"
Lahh.. ini makin aneh. Mana aku tau itu beneran ketinggalan apa ga. orang aku aja ga serumah sama sama sepupuku itu kok.
"Saya ga tau pak. orang saya aja ga serumah sama sodara saya itu." jawabku akhirnya. Ga mau bohong akhirnya.
"Lohh.. ini ga jelas banget keterangannya. Saya perkarakan aja ya ini urusannya." Ujar pak polisi itu akhirnya. Aku ga memberi respon apapun. ga ngerti bener-bener sama urusan yang satu ini. Ga beberapa lama kemudian, suara diujung sana kembali beralih ke sepupuku.
"Halo kak.. gimana?"
"Ga tau mas. Ga ngerti mau ngomong apa. Kenapa ga nelpon papah aja sih?"
"Aduuh.. aturan kasih tau aja alamatnya. Kan ga bakal disamperin juga sama polisinya.." aneh lagi kan disini. "Gini aja deh, mas aziz disuruh bayar uang 250 ribu. mas aziz ga bawa uang. Kakak ada uang ga disitu? Mas aziz mau pinjem." Disini juga kayaknya sepupuku itu baru mulai menggunakan kata 'mas aziz' buat menyebut dirinya sendiri. Tapi aku belum nyadar saat itu.
"Ga ada mas. Ga ditinggalin uang sama papah." Rasa kecurigaan aku udah semakin menumpuk. apalagi udah sampe minta uang gini. Orang lagi urusan sama polisi, mana bisa minjam uang kesini. "Mas telepon papah aja deh. Nih aku kasih nomernya.." Dan aku pun memberikan nomer telepon papahku (walaupun agak beresiko juga, tapi pertimbanganku kan tadi aku ngasih namanya 'nissa', sedangkan dikeluarga biasanya aku dipanggil 'cica', insya Allah akan mencurigakan dan ga kenapa-kenapa). Kemudian telepon pun diputus.
Ga beberapa lama, ibuku menelpon. Ternyata benar! itu penipuan. Bahkan mas aziz sepupuku yang asli lagi ada di kampung. Rasanya badanku lemes banget. Segera kuputar ulang seluruh percakapan ditelepon tadi, memastikan ga ada informasi penting apapun yang keluar.
Ternyata tadi orang yang menelpon tersebut benar-benar menelepon papahku. Setelah sebelumnya, ketika aku sedang sibuk ditelepon oleh orang yang mengaku polisi, hana menelepon ayahku dan menceritakan apa yang terjadi, ayahku langsung curiga. Ngapain mas aziz berurusan sama polisi malah nelpon aku. Dan kalaupun itu beneran mas aziz, bisa aja dia dihipnotis, terus suruh nelpon aku.
Maka pada saat orang itu menelepon dan mengaku mas aziz, ayah aku pun balik bertanya. "Aziz yang mana ya?" Jelas orang itu ga bisa jawab. Apalagi tadi aku salah menyebutkan hubunganku sebagai 'keponakan' hehe.. Ayahku terus mendesak orang tersebut sampai akhirnya orang tersebut pun menutup telepon. Ketika ditelepon ulang pun tidak diangkat. Ketika ayahku menelpon nomer mas aziz yang diketahuinya, barulah terbongkar kalo itu emang penipuan 100% karena mas aziznya aja lagi ada di kampung.
********
Yahh.. satu kebodohan besar yang aku lakukan saat itu adalah, tidak menanyakan nama orang yang menelepon dengan nomer tidak dikenal. Aku ga tau kenapa. Padahal biasanya aku refleks nanya "ini siapa" kalo ada orang yang nelpon pake nomer ga dikenal. Tapi saat itu aku merasa yakin banget kalo itu suara mas aziz. (Dan aku berpraduga jangan-jangan aku dihipnotis disitu.. haha..)
Selain menanyakan identitas penelepon, ketika menghadapi penipuan bermodus telepon ini, kita ga boleh panik! karena kalo panik kita ga akan bisa berpikir jernih. (aku bersyukur banget ada hana disamping aku, jadi pas bingung mau gimana aku masih bisa ngasih teleponnya ke hana dulu buat jernihin pikiran). Walaupun yang nelpon tukang sayur kek, polisi, gubernur, presiden, pokoknya jangan panik! Walaupun kita udah mulai curiga kalo ada yang ga beres, segera cari cara buat memutuskan telepon tersebut. Sebelum kita semakin tenggelam kedalam percakapan yang ujung-ujungnya malah bisa membawa kita kepada hipnotis. Karena hipnotis juga bisa lewat telepon.
Dan, yang paling penting adalah jangan sampai kita membocorkan identitas kita pada orang yang ga dikenal, dengan alasan apapun. bahkan nama lengkap sekalipun. Inilah yang selalu melekat dipikiranku, dan selalu membuat aku merasa ga enak setiap ada yang menanyakan identitas diriku. Bahkan kalau sedang belanja online sekalipun.
Yang terakhir adalah berhati-hati dan selalu fokus. Apa lagi kalau mulai ditanya macem-macem, walaupun mungkin pertanyaan yang wajar, tapi dilakukan terus-menerus. Mending dzikir aja deh dalem hati, biar tetep fokus (ini jurus aku waktu ketemu penipu dipinggir jalan yang nyoba nanya-nanya terus ke aku).
Pokoknya intinya tetap waspada! Karena kejahatan bukan hanya karena niat dari pelaku, tapi juga karena ada kesempatan.. hehe.. kejahatan bisa terjadi dimana aja, dan lewat jalur apa aja. Yup..! Semoga peristiwa hari ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar