Selasa, 29 April 2014

Believing in Takdir


Mengimani takdir. Hal tersebut merupakan kewajiban seluruh umat muslim didunia, bahkan merupakan rukun terakhir dari rukun iman. Meyakini bahwasetiap yang terjadi dimuka bumi terjadi atas kehendak-Nya dan merupakan bagian dari rencana indah Sang Pencipta. Keyakinan ini mampu memberikan kita kekuatan untuk ikhlas dan legowo menerima segala kondisi yang menimpa kita, juga qanaah dan tidak sombong atas segala yang kita miliki. Namun, tak sedikit pula yang salah persepsi dalam melihat fenomena takdir ini sehingga membuat mereka seolah 'pasrah' dengan takdir dan akhirnya menjadi pesimis dan tidak bersemangat dalam menjalani hidup.

Buat apa bekerja keras jika hasilnya pun sudah Allah tentukan? Buat apa repot-repot menjaga kesehatan dan berobat jika sakit dan kesembuhan sudah Allah tentukan? Terkadang aku pun ikut membenarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut didalam hati. Meski aku yakin bahwa segala usaha kita tentu tak akan pernah sia-sia, karena Allah Maha Adil bukan? Tapi tetap saja, aku butuh sebuah jawaban yang lebih memuaskan..

Dulu, ketika SMA alhamdulillah aku pernah mendapatkan materi tentang takdir ini dari kakak mentorku tercinta. Dalam buku Beyond the Inspiration- Felix Y. Siauw yang sedang ku baca pun ternyata juga membahas mengenai takdir dengan jawaban yang hampir sama. Jawaban tersebut langsung masuk kedalam logika berpikirku dan memuaskan hatiku.. 

 Menurut ust. Felix Y. Siauw, dengan mengajukan  pertanyaan-pertanyaan di atas, sesungguhnya kita sedang menyamakan aktivitas Allah dangan aktivitas manusia yang serba terbatas. Memang benar Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Berkehendak. Tak ada satupun kejadian di dunia ini, bahkan gugurnya daun sekalipun, yang terjadi tanpa sengetahuan dan kehendak Allah. Hanya saja yang sering tak terpikirkan oleh kita adalah bahwa Allah adalah Sang pencipta, sedangkan kita adalah makhluk ciptaan-Nya yang serba terbatas. Tentu segala aktivitas Allah berbeda dengan aktivitas kita. Dan akal kita terlalu terbatas untuk dapat mencerna dan memikirkan bagaimana aktivitas Allah. Sehingga kita tidaklah perlu berpusing-pusing memikirkannya, kita hanyalah perlu mengimaninya.

Karena takdir merupakan suatu hal yang ghaib, yang hanya Allah-lah yang mengetahuinya, maka kewajiban kita hanyalah untuk berusaha dengan sepenuh kemampuan kita. Namun, apabila ujung dari usaha kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka kita haruslah bersabar dan ikhlas, karena semua itu sudah merupakan takdir dari Allah yang pasti merupakan yang terbaik untuk kita. Karena hanya Allah yang tau apa yang paling baik kita, yang baik menurut kita belum tentu baik bagi Allah, sedangkan apa yang baik bagi Allah pasti baik bagi kita.

Dan tentu kita juga harus meyakini bahwa tujuan dari seluruh kehidupan kita adalah mencapai Surga Allah. Lulus ujian, menduduki jabatan tertentu, memperoleh kekayaan, semuanya bukanlah tujuan utama kita sebagai umat muslim, melainkan hanya sebagai batu pijakan saja. Jadi, selayaknya batu pijakan, apabila kita tidak bisa memijak salah satu batu yang kita inginkan, kita masih bisa memijak batu-batu yang lain, walaupun mungkin akan menjadikan perjalanan kita menjadi lebih panjang dan berliku, asalkan bisa mengantarkan kita pada tujuan akhir kita, hal tersebut bukanlah masalah yang besar.

Begitulah akhirnya kita harus menyikapi konsep takdir ini. Dengan mengimani takdir, kita seharusnya bisa menjadi pribadi yang lebih optimis. Meski terjatuh berkali-kali, kita akan tetap semangat untuk kembali bangun dan bangun lagi. Karena kita telah mempercayakan semuanya pada Allah, dan yakin bahwa segala jerih payah kita tak ada yang sia-sia. Kelak Allah pasti akan membayarnya, entah di dunia atau mungkin di akhirat. Tak masalah! Karena Allah Maha Adil bukan? Sekian. Semoga bermanfaat.. ^^

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pieces of Life Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
and web hosting