Rabu, 07 Mei 2014

Making Macrame Bracelet


Macrame adalah salah satu kesenian mengikat tali. Aplikasinya bisa macam-macam, bisa jadi tas, dompet, tempat pensil, taplak, ikat pinggang, gelang, gantungan pot, dan lain-lain. Pertama kali diajari bikin macrame waktu pelajaran KTK (kesenian) pas SD. Waktu itu kita dikasih project individu bikin tas selempang kecil, yang nantinya akan dipamerkan dan dijual (sayang punyaku ga laku~  T_T ). Waktu itu simpul yang diajarin baru satu macam, dan belum bisa bikin pola macem-macem, jadi cuma main di warna aja.

Terus, kemarin liat benang wol banyak banget bekas bikin kristik, akhirnya kepikiran buat dibikin macrame. Tapi berhubung benang wol itu tipis dan ga mungkin dibuat tas (kalo tas biasanya pake tali kur), jadi iseng-iseng cari-cari pola buat dibikin gelang. Dan akhirnya belajar bikin simpul baru deh. Dan simpul yang sekarang, bisa di bentuk jadi bermacam-macam pola. Pola-pola itu bisa dipelajari di situs http://friendship-bracelets.net/index.php

Berikut ini hasil kreasi bracelet buatanku :)
pola 'bebek'

pola 'cupcakes'

pola 'X'

pola 'double zigzag'

pola 'penguin'

pola 'bunga'

Kalo menurut aku, proses pembuatan macrame itu sendiri merupakan bagian yang seru. Meskipun agak pegel tangannya karena harus bergerak mengikat tali terus-menerus. hehe.. Apalagi kalo hasilnya memuaskan dan bisa dimanfaatkan. Bangga kan kalo bisa make barang buatan sendiri.. :D

Continue reading...

Minggu, 04 Mei 2014

Everything will be Different From Now On


Sekarang posting edisi galau-galauan. Pemicunya gara-gara ngeliat foto kulap yang diupload temen. Bahagia.. rame-rame.. seru.. Itu kesan yang aku tangkep (kan kalo lagi bagian hecticnya ga mungkin sempet foto-foto atuh ca..). Dan, walaupun mungkin cape dan terancam harus ngelembur buat bikin laporan pada hari-hari setelahnya, pasti lah ada bagian dimana bisa seru-seruan bareng, selfie-selfie-an bareng, minimal bisa bercanda bareng lah pas di bis. Itung-itung jalan-jalan seangkatan.

Dan ngebayangin aku ga menjadi bagian dari momen seru-seruan itu, dan nantinya ga bakal ngelakuin kulap-kulap itu bareng mereka semua.. Itu buat aku makin sediih.. rasanya kayak ketinggalan sendiri. Kesepian. Huhuhu... I hate when this feeling get to me..

Bagaimanapun juga.. meskipun aku ga tau temen-temen baruku nanti akan seperti apa.. pasti semuanya akan terasa beda nanti. ga akan bisa se-dekat dan se-nyaman dengan temen-temen sekarang. Bagaimanapun kan kita udah berkumpul selama kurang lebih 1,5 tahun (walaupun pas TPB sempet dipecah kelasnya), udah menjalani suka duka PPAB bareng-bareng, bergadang bikin laporan bareng-bareng. Dan itu yang buat kita makin akrab...*mewek*

But, life must go on..whatever happens in the future, I have to face them bravely.. I can do it. Allah always be with me!! Fighting cicaaa~ \(^o^)/
Continue reading...

Selasa, 29 April 2014

Believing in Takdir


Mengimani takdir. Hal tersebut merupakan kewajiban seluruh umat muslim didunia, bahkan merupakan rukun terakhir dari rukun iman. Meyakini bahwasetiap yang terjadi dimuka bumi terjadi atas kehendak-Nya dan merupakan bagian dari rencana indah Sang Pencipta. Keyakinan ini mampu memberikan kita kekuatan untuk ikhlas dan legowo menerima segala kondisi yang menimpa kita, juga qanaah dan tidak sombong atas segala yang kita miliki. Namun, tak sedikit pula yang salah persepsi dalam melihat fenomena takdir ini sehingga membuat mereka seolah 'pasrah' dengan takdir dan akhirnya menjadi pesimis dan tidak bersemangat dalam menjalani hidup.

Buat apa bekerja keras jika hasilnya pun sudah Allah tentukan? Buat apa repot-repot menjaga kesehatan dan berobat jika sakit dan kesembuhan sudah Allah tentukan? Terkadang aku pun ikut membenarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut didalam hati. Meski aku yakin bahwa segala usaha kita tentu tak akan pernah sia-sia, karena Allah Maha Adil bukan? Tapi tetap saja, aku butuh sebuah jawaban yang lebih memuaskan..

Dulu, ketika SMA alhamdulillah aku pernah mendapatkan materi tentang takdir ini dari kakak mentorku tercinta. Dalam buku Beyond the Inspiration- Felix Y. Siauw yang sedang ku baca pun ternyata juga membahas mengenai takdir dengan jawaban yang hampir sama. Jawaban tersebut langsung masuk kedalam logika berpikirku dan memuaskan hatiku.. 

 Menurut ust. Felix Y. Siauw, dengan mengajukan  pertanyaan-pertanyaan di atas, sesungguhnya kita sedang menyamakan aktivitas Allah dangan aktivitas manusia yang serba terbatas. Memang benar Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Berkehendak. Tak ada satupun kejadian di dunia ini, bahkan gugurnya daun sekalipun, yang terjadi tanpa sengetahuan dan kehendak Allah. Hanya saja yang sering tak terpikirkan oleh kita adalah bahwa Allah adalah Sang pencipta, sedangkan kita adalah makhluk ciptaan-Nya yang serba terbatas. Tentu segala aktivitas Allah berbeda dengan aktivitas kita. Dan akal kita terlalu terbatas untuk dapat mencerna dan memikirkan bagaimana aktivitas Allah. Sehingga kita tidaklah perlu berpusing-pusing memikirkannya, kita hanyalah perlu mengimaninya.

Karena takdir merupakan suatu hal yang ghaib, yang hanya Allah-lah yang mengetahuinya, maka kewajiban kita hanyalah untuk berusaha dengan sepenuh kemampuan kita. Namun, apabila ujung dari usaha kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan, maka kita haruslah bersabar dan ikhlas, karena semua itu sudah merupakan takdir dari Allah yang pasti merupakan yang terbaik untuk kita. Karena hanya Allah yang tau apa yang paling baik kita, yang baik menurut kita belum tentu baik bagi Allah, sedangkan apa yang baik bagi Allah pasti baik bagi kita.

Dan tentu kita juga harus meyakini bahwa tujuan dari seluruh kehidupan kita adalah mencapai Surga Allah. Lulus ujian, menduduki jabatan tertentu, memperoleh kekayaan, semuanya bukanlah tujuan utama kita sebagai umat muslim, melainkan hanya sebagai batu pijakan saja. Jadi, selayaknya batu pijakan, apabila kita tidak bisa memijak salah satu batu yang kita inginkan, kita masih bisa memijak batu-batu yang lain, walaupun mungkin akan menjadikan perjalanan kita menjadi lebih panjang dan berliku, asalkan bisa mengantarkan kita pada tujuan akhir kita, hal tersebut bukanlah masalah yang besar.

Begitulah akhirnya kita harus menyikapi konsep takdir ini. Dengan mengimani takdir, kita seharusnya bisa menjadi pribadi yang lebih optimis. Meski terjatuh berkali-kali, kita akan tetap semangat untuk kembali bangun dan bangun lagi. Karena kita telah mempercayakan semuanya pada Allah, dan yakin bahwa segala jerih payah kita tak ada yang sia-sia. Kelak Allah pasti akan membayarnya, entah di dunia atau mungkin di akhirat. Tak masalah! Karena Allah Maha Adil bukan? Sekian. Semoga bermanfaat.. ^^

Continue reading...

Kamis, 17 April 2014

Happy Wedding Anniversary..


Selamat Ulang tahun pernikahan Ibu dan papah..

Ga nyangka udah 23 tahun ibu dan papah hidup bersama.. melewati manis dan pahitnya kehidupan.. hehe.. *blush*

Semoga diberkahi terus perjalanan pernikahannya.. bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah yang kelak bisa mengantarkan kita menuju surga-nya.. Amiin..

We Love You.. Mom and Dad..


Continue reading...

Senin, 14 April 2014

Everything is Done.. !!


Hari ini rasanya kok spesial banget yaa...Rasanya campur-campur banget perasaan aku ini. hehe... Sebelumnya udah ada seminggu ini dada aku suka nyeri-nyeri dan agak sesak nafas. Sampai akhirnya minggu kemarin dibawa ke dokter spesialis paru, takut kenapa-napa. Tapi hasil rongentnya baik-baik aja, dan yang paling penting ga keliatan ada metastasis di paru-paru aku. Cuma bronkusnya agak kotor, mungkin karena aku kurang gerak atau emang akunya aja yang lagi turun sistem imunnya.

Pulang dari dokter, malem harinya, aku malah meriang dan demam selama hampir 2 malam berikutnya. gara-gara demam itu, sempet kepikiran buat ngebatalin janji konsul sama dokter Nana, yang udah dijadwalkan hari ini. Tapi tadi pagi demam aku turun, walaupun masih agak ga enak badan, tapi setelah dibujuk-bujuk ibu (bahkan ibu pun akhirnya izin kerja), akhirnya jadi deh aku berangkat ke RSCM ditemani ibu papah..

Nyampe di ruang radioterapi, aku diukur tensi dan berat badan. Haduuuh.. berat badanku turun lagi jadi 47.5 kg. Mungkin efek dari meriang aku juga kali ya, jadi akhir-akhir ini ga nafsu makan. Ga beberapa lama, akhirnya tibalah giliranku untuk konsul. Alhamdulillah keadaan kulit aku udah oke. Setelah kemarin agak bermasalah waktu percobaan mandi pertama setelah rangkaian radioterapi selesai (yang akhirnya membuat aku ga boleh mandi lagi), akhirnya kata dokter Nana sekarang udah boleh mandi. Tapi.. mandinya entar-entar aja deh, nunggu beberapa hari lagi. masih takut. hehe.. Dan akhirnya dokter Nana pun memberikan surat pengantar untuk mengembalikan aku ke dokter Yogi, yang menandakan bahwa urusanku di radioterapi ini sudah selesai. Hmm.. akhirnya.. sayonara radioterapi ~

Nahh.. berhubung udah di RSCM dan ibu papah udah izin kerja, akhirnya kita nyoba-nyoba jalan ke RSCM Kencana, siapa tau bisa sekalian konsul ke dokter Yogi hari ini. Jadi gan ga perlu bolak-balik. nyampe di Kencana, ibu langsung pergi ke resepsionis bagian orthopedi, dan ternyata hari ini dokter Yogi ga ada jadwal praktek. yahh.. kecewa.. Tapi kata susternya. "Sebentar ya bu, saya coba hubungi dokternya, siapa tau dokternya bisa datang kesini.". Dan, benar saja, dokter Yogi mau datang ke Kencana.. just for me.. hehe.. Aduuh dokter Yogi emang paling oke deh! jadi terharuu..

seperti biasa, begitu masuk ruang praktek, dokter Yogi langsung melakukan beberapa tes kecil. Aku disuruh jalan-jalan mondar mandir, terus nekuk-nekuk kaki.. Walaupun masih terbatas, tapi tampaknya dokter Yogi cukup puas dengan perkembangan yang aku alami. Dan itu membuatku seneng banget. Karena selama ini aku sempet merasa agak down dan minder kalo ketemu orang lain. Aku merasa semua orang selalu memperhatikan cara berjalanku yang agak pincang dengan pandangan yaaang.. entahlah.. pokoknya itu membuatku merasa ga nyaman. Dan reaksi dari dokter Yogi hari ini cukup menimbulkan semangat baru buatku. Yahh.. dokter Yogi kan emang yang paling ngerti keadaanku (tentu aja diluar keluarga intiku).

"Hmm.. kalo begini berarti ga perlu tindakan pemindahan otot ya (tadinya ada rencana mau memindahkan otot punggung untuk menggantikan fungsi otot paha yang diangkat pas operasi kemarin).. sering-sering dilatih aja ototnya biar tambah kuat. Pelan-pelan.. semua butuh waktu." Komentar dokter Yogi, yang membuat hatiku tambah berbunga-bunga.. Apalagi setelah dokter Yogi melihat hasil rongentku kemarin dan bilang paru-paru aku bagus. Yeeaay.. Dan akhirnya pengobatanku pun tuntas. operasi selesai, radioterapi selesai daaann.. No Chemo..!! Tinggal bulan juli nanti aku harus MRI lagi, untuk pengecekan ulang sekaligus memastikan kalo udah ga ada lagi sel kanker yang tertinggal. dan untuk selanjutnya cukup kontrol setahun sekali. Setelah mengucapkan terima kasih berkali-kali atas kebaikan dokter Yogi selama ini (Asli dokter Yogi emang baiiik bangeet ToT), kami pun akhirnya berpamitan..

Abis dari Kencana, tiba-tiba pengen beli dunkin donut. Mumpung punya kartu diskon... Akhirnya kita jalan deh ke Gedung A, sekalian buat makan siang n jalan-jalan. Abis kan dulu aku belum sempet jalan-jaln di gedung A. Dikamaaarr terus.. hehe.. nostalgia lahh.. Di kantin aku dibolehin milih menu apa aja (asiiiikk..!!), akhirnya aku milih nasi bakar. Lumayan enak sih, tapi.. tetep aja ga abis. Emang dasarnya masih ga nafsu makan sihh.. *sigh*

Abis makan siang akhirnya kita pulang deh.. Entah kenapa di mobil rasanya jadi sediih.. rasanya semacaaamm.. kangen gitu? hehe.. Abis bagaimanapun juga kan selama hampir 4 bulan ini aku selalu berkeliaran di lingkungan RSCM, dan sekarang waktunya untuk say good bye... Tapi tetep aja aku merasa bersyukur banget karena semuanya udah selesai sekarang. Kalau melihat perjuangan pasien-pasien kanker lain, tentu perjalanan ku ini rasanya ga ada apa-apanya. Semua terasa berjalan mulus tanpa hambatan. Alhamdulillah..

Meskipun belum ada kalimat 'sembuh', tapi setidaknya semua yang harus aku jalani udah aku lewati dengan lancar. And I feel better now.. Semoga ini benar-benar menjadi bagian terakhir dari kisah kankerku. Amiiin.. Tugasku sekarang tinggal berdoa dan jaga pola hidup. Yosshh..!! Semangat Cica ^^

Continue reading...

Sabtu, 05 April 2014

Nyaris Kena Penipuan


Hari sabtu yang tenang dan damai... papah ibu lagi pergi ke Subang buat ambil rapot Hanifah (adekku yang paling besar), dan Hanuun (adekku yang kecil) lagi latihan nari di sekolah buat ikut lomba. Aku dirumah cuma berdua sama Hana, kembaran aku yang lagi pulang dari Nangor kemaren malem. Lagi santai tidur-tiduran di depan tivi sambil nonton film 'Planet 51' (padahal udah pernah nonton beberapa kali, tapi masih belum bosen), tiba-tiba ada yanng nelpon hp aku, nomor ga dikenal. Langsung aja aku angkat.

 "halo.." suara diujung telepon mulai terdengar.

Suara yang familiar dan langsung aku kenali kalo itu adalah suara mas Aziz sepupuku, anak dari kakak papahku. Dia bercerita kalau hari ini dia berencana untuk main kerumah, tapi dia kena razia di jalan, dan surat-suratnya ketinggalan semua, sehingga harus berurusan dengan polisi yang meminta 'duit damai'.

"kakak tolong ngomong sama polisinya ya. Jelasi kalo kakak itu sodara mas, dan mas mau main ke rumah kakak. biar ga dipersulit urusannya." pintanya kemudian

Sebenernya aku agak bingung dan rancu. Masa berurusan sama polisi tapi malah nelpon aku. Bukan nelpon papah gitu. Lagian ngapain juga aku harus ngomong sama polisi. hubungannya apa? Batinku. Tapi karena aku ga ngerti sama urusan per-tilang-an dan ga enak  juga nolaknya (masa cuma dimintain tolong ngomong sama polisi aja ga mau), maka aku pun mengiyakan permintaan sepupuku itu. dengan segera suara diujung telepon pun beralih tangan.

"haloo.." kali ini suara yang berat dan ga aku kenali, tapi kuyakini sebagai polisi yang berurusan dengan sepupuku tersebut.

"i..iya haloo.." jawabku

"Ada apa?"

Hmmm.. mikir sebentar.. terus aku bilangin aja apa yang tadi diminta sepupuku. "Tolong jangan dipersulit ya pak." Pintaku pada akhirnya. Walaupun agak bingung juga, emang apa hak aku minta biar ga dipersulit.

"Sebelumnya saya berbicara dengan siapa ini?"

"saya nissa"

"Ibu tinggal dimana?" Deg! Mulai ga enak ini urusannya kalo udah nanyain alamat. Awalnya aku pikir nanya-nanya ini buat crosscheck data aja sama data yang udah diberikan mas aku disana. Tapi alamat itu kan informasi penting yang ga boleh dikasih tau sembarangan. Apalagi sama orang ga dikenal kayak gini. Perasaan mulai ga enak.

"Eeeee.. Di.. di Ciracas.." kataku dengan suara gemetar, berusaha menjawab seringkas dan seumum mungkin. Aku pun udah meniatkan ga akan memberikan alamat lengkapku, walaupun diminta. Lagian apa coba manfaatnya polisi nanyain alamat aku segala. Emang aku yang salah?

"Nama saudara ibu yang disini siapa?" Haduuuh.. lagi-lagi diinterogasi kayak gini. Perasaan mulai ga enak banget, antara takut penipu, atau beneran polisi. Masalahnya aku yakin banget kalo suara orang aku yang nelpon tadi tuh beneran suara mas Aziz. Dan kebiasaan burukku kalo lagi bingung pun kambuh.. panik! Langsung aja aku kasih hp aku ke hana yang ada disebelahku. Dan ini sangat bodoh -__-

"Halo ini siapa ya? Ada apa?" Tanya hana yang juga bingung sama situasi yang berkembang. Makin absurd.

Aku ga tau apa yang diomongin sama polisi itu ke hana, yang jelas polisi itu marah-marah dan minta teleponnya dibalikin ke aku. dan aku pun kembali menerima telepon tersebut.

Diujung sana pak polisi kembali marah-marah akibat ulahku barusan. Aku dengarkan saja omelan bapak polisi tersebut.

"jadi nama saudara ibu disini siapa?"

Haduuh.. mulai lagi nanya-nanya. Lagian aku juga ga tau nama panjang sepupuku tersebut, maklumlah kami bukan sodara yang akrab sebelumnya. "Hmm.. mas aziz.." jawabku singkat dan lagi-lagi ga detail. Tapi anehnya polisi tersebut langsung aja nerima jawaban aku. Harusnya kalo mau crosscheck minta nama lengkap dong. Bisa aja kan aku asal nyebut nama terus kebetulan cocok sama nama orang yang bersangkutan. Aneh!

"Hubungannya sama ibu apa?"

"Keponakan" Preeet.. inilah kalo orang lagi gugup. mau ngomong sepupu malah keponakan. Kemudian pak polisi menanyakan kebenaran keterangan yang diberikan sepupuku tersebut.

"Apa benar surat-suratnya tertinggal dirumah bu?"

Lahh.. ini makin aneh. Mana aku tau itu beneran ketinggalan apa ga. orang aku aja ga serumah sama sama sepupuku itu kok.

"Saya ga tau pak. orang saya aja ga serumah sama sodara saya itu." jawabku akhirnya. Ga mau bohong akhirnya.

"Lohh.. ini ga jelas banget keterangannya. Saya perkarakan aja ya ini urusannya." Ujar pak polisi itu akhirnya. Aku ga memberi respon apapun. ga ngerti bener-bener sama urusan yang satu ini. Ga beberapa lama kemudian, suara diujung sana kembali beralih ke sepupuku.

"Halo kak.. gimana?"

"Ga tau mas. Ga ngerti mau ngomong apa. Kenapa ga nelpon papah aja sih?"

"Aduuh.. aturan kasih tau aja alamatnya. Kan ga bakal disamperin juga sama polisinya.." aneh lagi kan disini. "Gini aja deh, mas aziz disuruh bayar uang 250 ribu. mas aziz ga bawa uang. Kakak ada uang ga disitu? Mas aziz mau pinjem." Disini juga kayaknya sepupuku itu baru mulai menggunakan kata 'mas aziz' buat menyebut dirinya sendiri. Tapi aku belum nyadar saat itu.

"Ga ada mas. Ga ditinggalin uang  sama papah." Rasa kecurigaan aku udah semakin menumpuk. apalagi udah sampe minta uang gini. Orang lagi urusan sama polisi, mana bisa minjam uang kesini. "Mas telepon papah aja deh. Nih aku kasih nomernya.." Dan aku pun memberikan nomer telepon papahku (walaupun agak beresiko juga, tapi pertimbanganku kan tadi aku ngasih namanya 'nissa', sedangkan dikeluarga biasanya aku dipanggil 'cica', insya Allah akan mencurigakan dan ga kenapa-kenapa). Kemudian telepon pun diputus.

Ga beberapa lama, ibuku menelpon. Ternyata benar! itu penipuan. Bahkan mas aziz sepupuku yang asli lagi ada di kampung. Rasanya badanku lemes banget. Segera kuputar ulang seluruh percakapan ditelepon tadi, memastikan ga ada informasi penting apapun yang keluar.

Ternyata tadi orang yang menelpon tersebut benar-benar menelepon papahku. Setelah sebelumnya, ketika aku sedang sibuk ditelepon oleh orang yang mengaku polisi, hana menelepon ayahku dan menceritakan apa yang terjadi, ayahku langsung curiga. Ngapain mas aziz berurusan sama polisi malah nelpon aku. Dan kalaupun itu beneran mas aziz, bisa aja dia dihipnotis, terus suruh nelpon aku.

Maka pada saat orang itu menelepon dan mengaku mas aziz, ayah aku pun balik bertanya. "Aziz yang mana ya?" Jelas orang itu ga bisa jawab. Apalagi tadi aku salah menyebutkan hubunganku sebagai 'keponakan' hehe.. Ayahku terus mendesak orang tersebut sampai akhirnya orang tersebut pun menutup telepon. Ketika ditelepon ulang pun tidak diangkat. Ketika ayahku menelpon nomer mas aziz yang diketahuinya, barulah terbongkar kalo itu emang penipuan 100% karena mas aziznya aja lagi ada di kampung.

********

Yahh.. satu kebodohan besar yang aku lakukan saat itu adalah, tidak menanyakan nama orang yang menelepon dengan nomer tidak dikenal. Aku ga tau kenapa. Padahal biasanya aku refleks nanya "ini siapa" kalo ada orang yang nelpon pake nomer ga dikenal. Tapi saat itu aku merasa yakin banget kalo itu suara mas aziz. (Dan aku berpraduga jangan-jangan aku dihipnotis disitu.. haha..)

Selain menanyakan identitas penelepon, ketika menghadapi penipuan bermodus telepon ini, kita ga boleh panik! karena kalo panik kita ga akan bisa berpikir jernih. (aku bersyukur banget ada hana disamping aku, jadi pas bingung mau gimana aku masih bisa ngasih teleponnya ke hana dulu buat jernihin pikiran). Walaupun yang nelpon tukang sayur kek, polisi, gubernur, presiden, pokoknya jangan panik! Walaupun kita udah mulai curiga kalo ada yang ga beres, segera cari cara buat memutuskan telepon tersebut. Sebelum kita semakin tenggelam kedalam percakapan yang ujung-ujungnya malah bisa membawa kita kepada hipnotis. Karena hipnotis juga bisa lewat telepon.

Dan, yang paling penting adalah jangan sampai kita membocorkan identitas kita pada orang yang ga dikenal, dengan alasan apapun. bahkan nama lengkap sekalipun. Inilah yang selalu melekat dipikiranku, dan selalu membuat aku merasa ga enak setiap ada yang menanyakan identitas diriku. Bahkan kalau sedang belanja online sekalipun. 

Yang terakhir adalah berhati-hati dan selalu fokus. Apa lagi kalau mulai ditanya macem-macem, walaupun mungkin pertanyaan yang wajar, tapi dilakukan terus-menerus. Mending dzikir aja deh dalem hati, biar tetep fokus (ini jurus aku waktu ketemu penipu dipinggir jalan yang nyoba nanya-nanya terus ke aku).

Pokoknya intinya tetap waspada! Karena kejahatan bukan hanya karena niat dari pelaku, tapi juga karena ada kesempatan.. hehe.. kejahatan bisa terjadi dimana aja, dan lewat jalur apa aja. Yup..! Semoga peristiwa hari ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua. ^_^




Continue reading...

Rabu, 02 April 2014

My Surgery Experience part 2


...............

Dan hari yang dinanti pun akhirnya tiba. Pagi itu aku bangun lebih awal. Shalat tahajud, lalu lanjut shalat subuh. Doaku waktu itu cuma satu. Biar aku bisa tenang selama menjalani operasi. Selesai shalat, sambil nunggu sebelum aku dijemput suster, aku duduk-duduk di soffa. Masih dengan hati yang campur aduk, walaupun udah ga separah kemaren malem. Pagi ini ga ada agenda makan pagi, karena emang udah harus puasa. Makan pagi jatahku udah dibawakan tengah malam kemaren, sebelum aku puasa.

Ga begitu lama, suster dateng membawakan baju ganti buat dipakai ke ruang operasi. Ga begitu ngerti kenapa harus ganti baju segala. awalnya aku pikir dibawain baju operasi, tapi kan ga mungkin juga ganti bajunya mulai dari sini, nanti jadi ga steril lagi dong! Setelah selesai ganti baju, giliran dokter Yogi yang dateng. "udah siap kan?" Hehe.. aku cuma bisa senyum maksa. Siap ga siap lah dok.. Batinku. "Kalau begitu sampai ketemu di ruang operasi ya.." Dan dokter Yogi pun pergi.

Kemudian kursi roda yang akan membawaku ke ruang operasi pun datang. Diiringi seorang (atau beberapa orang) suster, seorang dokter residen, dan keluarga yang akan menemani sampai didepan rung operasi, kursi rodaku pun mulai di dorong.Ternyata ruang operasinya jauh juga ya.. Iya lah.. orang ruang operasi sama ruang rawat aku itu beda gedung kok, cuma dihubungkan oleh lorong-lorong aja.

Berbeda dengan tadi pagi, hari ini perasaan aku jauuuuh lebih tenang. Bahkan udah ga nervous sama sekali. alhamdulillah doaku terkabul. Ga kerasa juga akhirnya sampai di depan ruang operasi. Sampai disini, keluarga yang mengantar sudah tidak boleh masuk lagi, hanya ibu dan sodara kembarku yang masih boleh masuk ke ruang tunggu (atau mungkin ruang pemulihan)di depan ruang operasi, untuk menemani selama aku melakukan persiapan operasi. itu pun harus memakai baju khusus khas ruang operasi.

Persiapan pun dimulai. Udah deg-degan aja menanti kapan akan dipasang kateter (agak takut soalnya), tapi ternyata ga dipasang saat itu. Alhamdulillah.. Pada saat sedang persiapan tersebut, ibuku diberi tahu bahwa sudah dipersiapkan ruang ICU kalau-kalau nanti dibutuhkan. karena bagaimanapun juga ini merupakan sebuah operasi besar yang memakan waktu yang cukup lama.

Selama persiapan, sempet ada trouble sedikit pas masang infus, gara-gara pas ditusuk aku refleks narik tangan. hehe... jadinya diulang lagi deh. Hiks! kan jadi dua kali ditusuk.. Setelah semua persiapan selesai, aku pun mulai didorong masuk ke ruang operasi. udah ga setegang dulu, waktu pertama kali memasuki ruang operasi pas mau biopsi. Walau badan masih juga bergetar. Ruang operasi dingin bung!

And.. this is it! Setelah pindah ke meja operasi, aku disuruh untuk duduk sambil memeluk bantal didepan, sehingga posisi tubuhku membungkuk. Saat itu suster dibelakang mulai menyemproti punggungku dengan sebuah cairan yang dingin. Srooot..srooot..sroot.. dalam hati mulai komat kamit melantunkan dzikir. Berusaha menenangkan pikiran. Tapi sebelum terjadi hal-hal berikutnya, aku sudah keburu ga sadar. Ingatanku cuma sampe situ..

..................

Bangun-bangun jam udah menunjukkan kira-kira pukul 17.00.. Berarti aku ga sadar kira-kira 10 jam dong ya.. Padahal katanya operasinya cuma cuma 4.5 jam. Kata dokternya operasinya berjalan dengan lancar. Bahkan dari operasi selama itu, darah yang aku keluarin cuma sekitar 200 cc, jadi ga perlu sampe ditransfusi (setelah ke-hectic-an mencari darah semalaman).. Wahh.. hebat sekali! Ruang ICU pun otomatis ga kepake. Alhamdulillah.. :)

tapi, beda sama waktu abis biopsi dimana aku tersadar dengan tenang layaknya orang bangun tidur, kali ini aku tersadar dengan tubuhku yang bergetar hebat. Dingin banget rasanya.. padahal udah dipakein selimut penghangat yang kata ibu aku -waktu nyobain masukin tangan kedalem selimutnya- itu udah panas banget. Terus ga lama kemudian, gelombang rasa mual pun datang.. Oalaahh.. beberapa jam kedepannya aku pun sibuk berhoak-hoek sana sini.

Jadi intinya masa pemulihan operasi itu adalah massa yang paling ga enak. Dengan kondisi badan yang ga bisa bergerak bebas selama beberapa hari, apalagi dengan tambahan selang kateter dan drain  di kaki yang bahkan untuk memiringkan tubuh pun sangat susah), alhasil punggungku pun terasa panas dan lecet-lecet. Terutama dibagian plester yang buat ngelekatin selang epidural di punggung.. urrrgghh.. Walaupun begitu, ada beberapa hal yang masih aku syukuri.. Pertama, kenyataan bahwa kateternya dipasang pas aku dalam kondisi ga sadar.. hehe., dan yang kedua dengan kehadiran epidural anestesi yang membuat kakiku dan juga bekas jahitan yang panjangnya kira-kira hampir 40 cm itu jadi ga berasa sakit.

Setelah beberapa hari cuma tiduran dikasur, akhirnya dokter pun mulai menyuruhku untuk latihan jalan pake tongkat. Tentu aja setelah selang-selang yang menempel ditubuhku ini dicopot semua. Sekali.. dua kali.. yeaay akhirnya bisa! Walaupun sempet oleng dan mau jatuh. Tapi untung kebetulan ada dokter dibelakang aku yang langsung sigap nangkep badan aku yang oleng. hehe.. kalo ga, ga kebayang deh kaki aku gimana rasanya~

Hari rabu sebenernya udah boleh pulang sama dokternya. Cepet banget ya. Cuma seminggu aku di opname pasca operasi. Tapi ya apa boleh buat, kan udah dibolehin sama dokternya. Lagian ngapain juga lama-lama di rumah sakit. Tapi pas malem harinya (selasa malem) tiba-tiba perut aku mules ga ketulungan. Dan aku pun baru sadar bahwa dari abis operasi aku belum 'pup' sama sekali. Jadi kayaknya anus aku masih terpengaruh sama epiduralnya, jadi belum mau kerja, padahal usus udah kontraksi terus. jadilah semalaman aku bergadang menahan sakit perut. Apalagi dengan kondisi kaki yang masih sakit, perjalanan ke toilet pun memerlukan perjuangan ekstra. baru pas pagi harinya, akhirnya hajat tersebut berhasil ditunaikan, dan aku pun bisa tertidur.

Akhirnya gagal deh pulang hari rabu, karena masih harus observasi dulu, takut kenapa-kenapa lagi. Alhamdulillah sepanjang hari rabu tersebut udah ga kenapa-napa lagi. Akhirnya bisa pulang hari kamis siang. Ga tau kenapa tapi rasanya bakal kangen sama suasana di ruang rawat inapku. Soalnya suster-susternya baik-baik sih.. Tapi tetep aja berharap semoga ini kali pertama sekaligus terakhir aku harus dirawat kayak gini. Amiin.. :)


Continue reading...
 

Pieces of Life Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
and web hosting